Bulan bulan terakhir ini sampe minggu minggu terakhir ini jogja rame demo sebagian rakyatnya menuntut segera disyahkannya UU tentang keistimewaan jogjakarta dan menuntut agar Kanjeng Sri Sultan tetap sebagai gubernur dan Sri Paduka Paku alam sebagai wakilnya.
Dan...sebagian cara pandang rakyat jogja menganggap bahwa itulah sebagian dari keistimewaan Jogjakarta.
Lepas dari rame rame diatas, saya sebagai rakyat Jogja yang tidak pernah ingin diwakili oleh siapapun pendapat saya,hanya ingin memberi suatu pandangan bahwa:
1.Nagari Kasultanan Ngayojokarto Hadiningrat bersama Kadipaten Pakualam sudah komit untuk tetap berdiri sebagai bagian dari NKRI.Titik.
2.Saya pikir sekarang rakyat jogja sudah ngeyel/tidak ta'at terhadap raja-nya.
Buktinya apa ? bukankah sabdo pandito ratu atau atau dawuh (ucapan)raja harus di ikuti rakyat/atau kawulo. Rakyat harus sendiko dawuh (saya dengar saya ta'ati) apa kata raja.
Bukankah sebagian rakyat jogja sering mengatakan "pejah gesang nderek sultan/mati atau hidup ikut sultan".
Nah disinilah saya melihat ketidak konsistenan rakyat jogja terhadap ucapan/prinsip
hidupnya sendiri.
Disaat Kanjeng Sultan menyampaikan wacana tidak ingin beliau dicalonkan lagi sebagai gubernur lha kok rakyate malah ngeyel.
Saya tidak tahu alasan Sultan sebenarnya dan saya juga tidak ingi cari tau.
Tapi wacana Kanjeng Sultan mungkin ada benarnya....ini sejauh pandangan saya yg terbatas. Lha iya sekarang sultan sangat mumpuni dan piawai dlm tata negara dan ngayomi rakyatnya.
Tapi siapa yang tau kwalitas raja yg berikutnya yg dalam kapasitas nantinya sebagai gubernur DIY ?
3.Ke-Istimewaan DIY tidak hanya dari Dwi-tunggal Sultan dan Pakualam, tapi masih banyak ke-istimewaan lain yang tidak tercantum dalam UU.Seperti kearifan masyarakatnya,adat istiadatnya,budaya atau yang lainnya.
Ya kalo saya sih..monggo2 aja gubernur mau dipilih atau dari penetapan sultan sebagai gubernur dan pakualam sebagai wakilnya.
Yang penting adalah esensi dari pemimpin adalah tau kewajiban hakiki terhadap rakyatnya, jarang lho sekarang pemimpin mau lapar sebelum rakyatnya kenyang dulu...
seperti jaman Khulafaur Rosyidin.
Bapak bangsa mengatakan :
“Perbedaan itu Allah yang menginginkan. Makanya berbeda-beda itu tidak apa-apa, asal jangan pecah-belah.”
Wednesday, April 2, 2008
Yogya atau Jogja ?...istimewanya apa tho
Label:
Yogyakarta
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment